Diadakan pada 21 Mei 2016 lalu di aula Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah, “Mari Jadi Petani” merupakan motto di acara talk show yang diorganisir oleh International Association of Students in Agriculture (IAAS) dari UNS, YAPSI (Yayasan Pangan Sehat Indonesia), bersama VECO Indonesia. Ajakan, atau mungkin dapat dibilang tantangan ini, dirasakan mendesak karena kurangnya minat pemuda menekuni bidang pertanian.
Acara dimulai dengan sebuah film dokumenter berjudul “Agriyoungsters” yang dibuat oleh Joren de Neve, seorang intern di VECO Indonesia dari University of Ghent, Belgia. Filmnya bercerita tentang kehidupan Kiswoyo, salah satu petani muda di Boyolali yang bercerita tentang keputusannya untuk kembali ke desa dan menjadi petani, setelah sempat menjalani kehidupan di Jakarta selepas lulus SMA. Di antaranya ia menyatakan bahwa dengan menekuni pertanian itulah ia tidak hanya dapat menghidupi keluarganya, tapi juga menemukan tujuan hidup dan masa depannya dengan mengembangkan pertanian Indonesia. Selain itu, dokumenter tersebut juga memuat wawancara dengan Bapak Sukardi dari P3LL—sebuah organisasi petani di Boyolali, Pak Nana Suhartana, Area Manager VECO Indonesia untuk Pulau Jawa, dan Dr. Jamhari, Dekan Fakultas Pertanian UGM yang ketiganya menjelaskan organisasi dan pasar yang menaungi sektor pertanian, sector yang terus berkembang dan dapat menjadi masa depan bagi Indonesia dan kaum mudanya.
Setelah menonton film menarik itu, isu-isu yang diangkat di dokumenter tersebut didiskusikan dalam talk show. Hadir sebagai pembicara adalah Joren de Neve, sang pembuat film, Kiswoyo, si petani muda asal Boyolali, serta Prof. Kunto Adi, seorang dosen dari UNS.