APPOLI adalah singkatan dari Aliansi Petani Padi Organik Boyolali, dan merupakan organisasi petani yang didirikan pada tahun 2007. Komoditi utama APPOLI adalah beras organik, namun juga menanam kacang hijau, kacang tanah dan kedelai. APPOLI memiliki 4.426 anggota (3.708 laki-laki dan 718 perempuan). Selama bertahun-tahun, APPOLI menjadi tidak hanya sebuah organisasi petani yang kuat, namun juga membentuk koperasi bisnis komersial yang memproses dan menjual beras dari anggotanya.
Setelah bertahun-tahun mengikuti pelatihan intensif tentang pertanian organik, membangun sistem pengendalian internal, dan pelatihan lainnya seperti pembukuan dan dokumentasi, Appoli memperoleh sertifikasi organik nasional (untuk pasar domestik) dan sertifikasi organik EU dan NOP/USDA. Sebagai hasilnya, APPOLI menjual 138,9 ton beras organik di tahun 2016 yang meningkat menjadi 162,9 ton pada tahun 2017 di pasar domestik. Sejak mendapatkan sertifikasi internasional, APPOLI, bekerja sama dengan PT. Bloom Agro (eksportir), mengekspor beras organiknya ke pasar internasional termasuk 19 ton ke Belgia dan 16 ke Jerman. Pada tahun 2017, APPOLI mengekspor 10 ton beras organik ke Australia secara mandiri tanpa berkolaborasi dengan perusahaan ekspor manapun. Pada bulan April 2018, APPOLI akan mengekspor 14 ton beras organik ke Amerika Serikat.
Kisah sukses APPOLI mengekspor produknya secara mandiri telah mendorong dan menarik banyak petani untuk melakukan hal yang sama, yang membuat sebuah organisasi petani pala di Sangir, Sulawesi Utara untuk menghubungi APPOLI untuk melatih dan membantu mereka mencapai aplikasi standar untuk sertifikasi organik internasional.
Asosiasi Petani Organik Boyolali, disingkat APOB, adalah contoh sukses lain dari sebuah organisasi petani yang didukung oleh Rikolto. Organisasi ini didirikan pada 11 November 2011, tepat setelah APPOLI. Meski usianya masih muda, APOB memiliki total 1.907 anggota mulai dari remaja hingga dewasa, dan laki-laki dan perempuan. Sekitar 33 ton beras organik diproduksi dan berbagai jenis kacang juga dibudidayakan oleh APOB setiap tahunnya. Setelah mendapatkan sertifikasi organik nasional pada tahun 2015, APOB mulai menyebarkan sayapnya ke pasar yang lebih besar di Indonesia, dan memastikan perusahaan besar sebagai pembeli reguler setiap bulannya termasuk PT. Javara, PT. Pilihan Sehat, PT. Lingkar Organik, CV. Tri Nugraha, CV. Tani Utomo, CV. Hari dan CV. Gusman. Tahun ini, APOB berencana untuk membentuk koperasi sendiri seperti APPOLI untuk memotivasi anggota untuk menghasilkan lebih banyak beras, memperluas jangkauan pasar dan mendapatkan dukungan dana dari sektor swasta dan sipil.
Wartini yang bekerja sebagai petani dan staf administrasi APOB, telah menjadi anggota organisasi petani ini sejak awal pembentukan dengan harapan menghasilkan pendapatan yang lebih baik dan berkontribusi terhadap pertanian berkelanjutan. Wartini memulai karir bertani pada tahun 2007, dimana Wartini hanya membudidayakan 2.500 meter persegi tanahnya. Sebelum bergabung dengan APOB, Wartini hanya memproduksi beras konvensional, yang merupakan tipe produk beras paling tidak menguntungkan. Dia memperoleh sekitar 4 juta per panen karena dia hanya menjual hasil panennya ke tengkulak. Seringkali, tengkulak menurunkan harga berasnya terutama pada musim hujan karena kualitas beras menurun. Sementara itu, dia harus mengeluarkan ongkos budidaya yang tinggi, karena dia harus membeli pestisida dan pupuk kimia yang harganya mahal. Oleh karena itu, marjin keuntungan terbesar hanya dapat dinikmati oleh tengkulak.
Setelah bergabung dengan APOB dan beralih ke pertanian organik, Wartini mendapatkan banyak manfaat yang ditawarkan oleh produk organik. Pertama, pendapatannya meningkat menjadi 7-8 juta per panen karena APOB menawarkan harga yang lebih baik untuk gabahnya dibanding tengkulak. Rantai beras organik lebih pendek dari yang lain, namun menghasilkan pendapatan terbesar. Karena rantai dalam pertanian organik pendek, hal ini membantu Wartini untuk memperluas lingkup kerjanya dengan menyewa 1.500 meter persegi tanah sehingga menambah pendapatannya sebesar 3 sampai 4 juta per musim panen. Selain itu juga meningkatkan kesuburan tanahnya, memungkinkan tanaman padi dan tanaman lainnya tumbuh lebih cepat. "Petani mendapatkan transparansi harga saat menjual gabah ke APOB karena beras gabah dijemput kemudian dibawa ke tempat pengumpulan dimana ditimbang di depan petani dan manajer titik koleksi. Petani kemudian dibayar di tempat. Tingkat pembayarannya lebih tinggi dari pasar beras lainnya dengan selisih 300-500 / kg "kata Wartini.