Mengapa pemberdayaan pemuda merupakan kunci dalam mengamankan masa depan pangan?

Mengapa pemberdayaan pemuda merupakan kunci dalam mengamankan masa depan pangan?

21/06/2018

Fakta yang luar biasa dan sering diabaikan tentang sistem pangan saat ini adalah bahwa terdapat persediaan pangan yang cukup untuk semua orang di planet ini untuk menjalani kehidupan yang sehat dan bergizi. Bahkan, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada sekitar 2.800 kkal (kilo kalori) per orang per hari yang tersedia (World Agriculture 2030 diterbitkan oleh FAO).

Namun, sekilas pandang tentang masa depan sistem pangan saat ini menunjukkan tantangan besar ke depan bagi 7,6 miliar orang yang saat ini menghuni bumi. Fakta yang tidak menyenangkan yang harus kita terima adalah bahwa terjadi ketimpangan distribusi dalam sistem pangan saat ini, harga makanan sangat tidak stabil, sekitar sepertiga dari makanan dunia terbuang sebelum dikonsumsi, dan lingkungan hidup juga dipengaruhi oleh cara produksi pangan.

Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa petani harus menghasilkan 50% lebih banyak pangan pada tahun 2050 untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia. Lebih dari 9 miliar orang diperkirakan yang akan menghuni bumi pada waktu itu dan 70% di antaranya akan tinggal di kota-kota besar yang padat penduduk.

Meskipun fakta menunjukkan bahwa untuk saat ini pangan yang tersedia cukup untuk semua orang di planet ini, kondisi di atas - untuk menyebutkan beberapa - jelas menunjukkan bahwa kondisi tersebut akan berubah di masa yang akan datang. Berdasarkan keprihatinan itu, Rikolto mengambil langkah dalam mengamankan pangan untuk masa depan melalui keterlibatan konsumen, terutama kaum muda.

Mengapa pemuda?

Memang benar bahwa terlepas dari sejumlah kecil yang menyadari masalah ini, sebagian besar pemuda pada umumnya, bahkan tidak memikirkan tentang "ketahanan pangan" dan "sistem makanan" sebagai sebuah masalah atau isu. Namun, sebagai konsumen dan generasi yang akan mewarisi dunia ini - dengan semua tantangannya - mereka memiliki potensi untuk membentuk sistem pangan yang berdampak positif terhadap diri mereka sendiri, komunitas mereka dan lingkungan global, mengambil peran antara lain sebagai produsen makanan, pengecer, pendukung kebijakan dan peneliti.

Inilah sebabnya mengapa Rikolto percaya bahwa keterlibatan pemuda dalam sistem pangan dapat memberdayakan mereka dalam mengamankan masa depan pangan. Kami sedang meningkatkan keterlibatan kami dengan orang-orang muda sehingga mereka tidak hanya melihat diri mereka sendiri hanya sebagai konsumen makanan. Dengan diperkaya pengetahuan tentang masalah pangan, orang-orang muda dapat membuat perbedaan untuk meningkatkan sistem pangan di berbagai tingkatan sehingga berdampak positif bagi seluruh umat manusia.

Salah satu contohnya adalah pekerjaan kami dengan orang-orang muda di Kabupaten Ende yang terletak di Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pemuda Ende membangun masa depan pangan mereka

Bulan lalu, Rikolto di Belgia dan Indonesia bekerja sama untuk menyelenggarakan Lokakarya Pangan Untuk Masa Depan (Food For The Future) di Indonesia. Food for the Future adalah program unik yang menyatukan kaum muda, para ahli pangan, petani, dan konsumen secara umum, untuk mencari cara untuk memberi makan populasi global yang terus meningkat.

Melanjutkan kesuksesan aktifitas Food For The Future tahun lalu yang diselenggarakan di SMAN 4 Denpasar, Bali, kegiatan tahun ini diselenggarakan di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 36 peserta yang terdiri dari siswa sekolah menengah dan mahasiswa mengambil bagian dalam lokakarya selama empat hari untuk membahas masalah-masalah lokal seputar pertanian dan pangan di wilayah tersebut serta guna mendapatkan solusi inovatif dan praktis.

Para peserta adalah bagian dari Program Pertanian Berkelanjutan dan Kewirausahaan Rikolto untuk Generasi Muda di Indonesia yang diselenggarakan bekerja sama dengan Yayasan Tananua Flores yang dimulai pada awal tahun ini. Program ini akan berjalan hingga akhir 2018.

Food For The Future telah memperkaya pemahaman saya tentang masalah pangan yang dihadapi dunia dan juga memberi kesempatan bagi orang-orang muda untuk bertindak dan menjadi pengambil keputusan dalam sistem pangan dunia

Eka Kopo Peserta lokakarya Food For The Future workshop dari Ende, penerima Grant YSEALI dan aktifis pemuda Remaja Mandiri Community (RMC)

Untuk memulai diskusi, presentasi singkat tentang situasi dan kondisi pangan global yang terjadi saat ini diberikan oleh Olivia Purba, Koordinator Kemitraan dan Maria Patricia Beribe, Staf Program Kakao untuk Nusa Tenggara Timur dari Rikolto Indonesia serta dari Thibault Geerardyn dari tim Food For The Future di Rikolto Belgia. Di akhir presentasi, para peserta diminta untuk menjadi bagian dari solusi dan mengembangkan solusi inovatif dan praktis untuk mengatasi tantangan pangan yang dihadapi di komunitas mereka.

Setelah tiga hari kegiatan, para peserta mempresentasikan inisiatif mereka dan model usaha di dihadapan perwakilan pemerintah kabupaten, dan pengusaha yang tertarik untuk berkolaborasi dengan mereka. Beberapa ide bisnis mereka sangat inovatif seperti membuat pupuk organik hemat biaya, produk cokelat pisang, transportasi sepeda motor untuk mengangkut hasil tani, rencana program pelatihan petani dan irigasi tetes.

Meskipun kami berharap telah menginspirasi para peserta untuk menjadi pembawa perubahan dan mulai melakukan usaha yang mendukung kehidupan sosial masyarakat dan ramah lingkungan, para pemuda dari Ende ini telah menginspirasi kami berupaya mendukung solusi-solusi lokal untuk mengatasi tantangan pangan global.

Orang-orang muda ini telah menemukan solusi untuk mengatasi tantangan lokal. Mulai dari produk cokelat pisang hingga pengelolaan air berteknologi rendah, dan bahkan pupuk organik. Semua solusi ini berkontribusi pada sistem pangan yang lebih aman, sehat dan lebih berkelanjutan.

Thibault Geerardyn Wanted: Food For The Future, Rikolto Belgia