Pekan lalu, organisasi petani Simpatik di Tasikmalaya, Jawa Barat mengekspor beras ke Italia. Simpatik merupakan mitra VECO Indonesia dalam pemasaran beras organik.
Hari ini, Kompas, media nasional terbesar di Indonesia menurunkan laporan keberhasilan petani organik Tasikmalaya tersebut di halaman satu. Kami memuat ulang
Tetap Sejahtera di Era Perubahan Iklim
Tahun ini, perubahan iklim ekstrem kembali menghadirkan nestapa pangan dan kesejahteraan. Namun, bagi sebagian petani dan pembudidaya ikan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, hal itu bukan alasan untuk berhenti berkarya. Lewat proses panjang, kerja keras mereka memberi contoh.
Deru mesin penggilingan padi di pabrik pengolahan Gabungan Kelompok Tani Simpatik di Kampung Cidahu, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cisayong, tidak terdengar, Rabu (28/10) siang. Suara bising mesin berganti kesibukan belasan petani memindahkan ratusan kardus berisi beras organik ke truk di tepi jalan besar.
Uho Buchori (40), petani Karangjaya, Kecamatan Manonjaya, termasuk di dalam kesibukan itu. Udara lembab Tasikmalaya siang itu membuat keringatnya mengalir deras. Namun, ia terus mengangkat kardus coklat seberat 10 kilogram. "Total ada 16,8 ton untuk ekspor ke Italia," kata Uho.
Ia sangat berhati-hati memindahkan kardus berisi beras berwarna merah, merah muda, dan hitam itu. Wajar jika Uho begitu perhatian. Beras dengan nama komersial Rain Forest itu sebagian besar hasil panen Uho bersama petani Manonjaya lain.
Di tengah musim kemarau panjang, sawah padi organik di Manonjaya tetap panen 6,5 ton hingga 8 ton per hektar, atau hampir mencapai dua kali lipat sawah konvensional.
"Kemarau sedikit banyak memengaruhi pasokan air. Namun, kami bisa menghemat air melalui metode organik dan tetap ekspor tahun ini," katanya.
Dirintis tahun 2003, padi organik Tasikmalaya secara perlahan menjadi primadona. Sudah ada 3.000 petani organik atau sekitar 1 persen dari total petani Tasikmalaya, mereka menggarap sekitar 8.000 hektar sawah. Luas sawah di Tasikmalaya 51.000 hektar.
Enam tahun lalu, petani melangkah lebih jauh, saat mengajukan sertifikasi lahan dari The Institute for Marketology (IMO). Sertifikasi itu menjadi syarat petani untuk ekspor. Tahun ini, 256 hektar sawah sudah lolos sertifikasi.
Banyak negara
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik Uu Saeful Bahri mengatakan, negara pertama penerima beras Tasikmalaya adalah Amerika Serikat sebanyak 18 ton pada tahun 2009. Tahun berganti, semakin banyak beras yang dikirimkan ke banyak negara.
Jumlahnya bertambah dengan negara bervariasi setiap tahunnya. Periode Agustus 2009 hingga Oktober 2015, sebanyak 729,8 ton dikirim ke Belgia, Belanda, AS, dan Jerman. Bukan perkara mudah, karena negara-negara itu tidak sembarangan menerima bahan pangan dari negara lain.
Hasil manis itu tidak lepas dari keputusan petani organik berdamai dengan alam. Uu mengatakan, petani organik meninggalkan pestisida kimia yang rentan menurunkan kualitas tanah dan bibit padi.
Pekerja penggilingan padi organik Gabungan Kelompok Tani Simpatik di Tasikmalaya, Jawa Barat, membungkus beras organik, pekan lalu. Beras organik asal Tasikmalaya saat ini diminati banyak konsumen luar negeri. Pengelolaan ramah lingkungan menjadi salah satu kunci keberhasilannya.
Pupuk kimia diganti kotoran ternak bercampur air nira, gula, dan air kelapa, yang efektif menyuburkan mikroorganisme penyubur tanaman. Petani juga hanya mengusir hama, bukan membunuhnya. Mereka menggunakan air biji dan daun sirsak untuk hama wereng, air tembakau untuk hama penggerek batang, dan buah klewek dan bratawali untuk hama merah.
"Kami juga berusaha mengembalikan takdir padi sebagai tanaman butuh air, bukan terendam air. Saat musim kemarau, kami bisa menghemat penggunaan air," katanya.
Menurut Kepala Bidang Produksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Heti Heryati, penerapan jarak tanam 25 sentimeter antarbenih petani organik juga punya keuntungan ganda. Selain memudahkan penyerapan nutrisi, itu merangsang pertumbuhan akar padi. Akar tumbuh subur sepanjang 50 sentimeter hingga 60 sentimeter, membuat padi mampu mencari sumber air terbatas.
"Kekuatan padi organik terbukti pada kemarau tahun ini. Dari sekitar 5.000 hektar sawah di Tasikmalaya yang kekeringan, sebagian besar adalah sawah konvensional," katanya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring, saat melepas beras Tasikmalaya menuju Italia, mengatakan, sukses petani organik itu memberi arti penting bagi Indonesia. Selain meningkatkan penghasilan petani, ekspor memberi semangat pengelolaan potensi besar pertanian. [Cornelius Helmy]