Belajar Manajemen Koperasi dari Petani Aceh

Belajar Manajemen Koperasi dari Petani Aceh

26/05/2015

VECO Indonesia dan mitra melakukan kunjungan belajar ke Provinsi Aceh. Petani Aceh mengembangkan kopi lokal yang sudah mendapat sertifikat organik dan fair trade.

Kunjungan pada 3-10 Mei 2015 tersebut bertujuan untuk belajar tentang pengembangan bisnis kopi oleh koperasi petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Topik utamanya tentang pengalaman mereka dalam pemasaran kopi bersertifikat.

Selain staf VECO Indonesia, ikut pula tim Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI), Yayasan Tana Nua Flores, Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom), dan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Arabika Flores Bajawa (MPIG AFB).

Pada hari pertama, rombongan berkunjung ke Koperasi Gayo Mandiri, dan CV Gayo Mandiri, Balai Penelitian Kopi, Koperasi Permata Gayo dan PT Olam di Bener Meriah. Pada hari kedua ke Koperasi Baburrayyan, Koperasi Kopi Organik Gayo di Aceh Tengah.

Para peserta belajar dari keberhasilan dan kemampuan petani Aceh dalam manajemen koperasi.

Sebenarnya, kopi tidak terlalu berkembang di Aceh hingga 2004. Waktu itu karena adanya konflik bersenjata. Namun, setelah tercapai perdamaian dan ada bencana tsunami, kopi justru makin berkembang.

Saat ini terdapat 32.000 petani yang telah mendapat sertifikat Fair Trade Organic (FTO) dari 90.000 ribu petani di dataran Gayo. Jumlah tersebut tersebar di tiga kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Padahal, delapan tahun lalu, jumlah petani hanya sekitar 5.000.

Terdapat 43.000 hektar lahan kopi di Gayo dengan total produksi mencapai 30.000 ton per tahun.

Cepatnya peningkatan jumlah petani kopi di Gayo tak bisa dilepaskan dari aktifnya dukungan pemerintah. Pemerintah aktif mendukung koperasi kopi dan mempromosikan kopi gayo di tingkat nasional dan dunia. Mereka turut serta dalam kegiatan festival kopi di tingkat dataran gayo, nasional, maupun dan dunia.

“Salah satunya melalui kegiatan promosi Gayo Menyapa Dunia,” kata Bupati Bener Meriah Abdul Gani.

Sertifikasi fair trade dan organik pun sangat membantu kopi gayo untuk laris di pasar internasional. Petani pun mendapatkan harga lebih tinggi dibanding kopi non-organik dan non-fari trade. Harga premium sertifikasi fair trade ini juga membantu koperasi dalam membeli aset dan melayani anggota seperti pengelolaan kebun, kesehatan, dan pendidikan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, koperasi petani kopi di Aceh pada umumnya dipimpin orang berpengalaman dalam bisnis kopi sebelumnya. “Jadi manajer sangat paham dan lihai dalam berbisnis,” kata Muhammad Amin, Manajer Koperasi Gayo Mandiri.

Keberhasilan koperasi petani kopi di Aceh juga karena berjalannya roda organisasi. Secara organisatoris, koperasi kopi di Aceh memiliki kolektor, tim kendali mutu internal (ICS) dan model delegasi yang berfungsi dengan baik.

Faktor lain adalah luasnya pasar kopi internasional dan terjaganya hubungan dengan eksportir maupun pembeli.

Semua keberhasilan itu menjadi bahan pelajaran untuk kemudian semoga bisa diterapkan terutama oleh petani mitra VECO Indonesia.