Nobertus Temung memamerkan sepeda motornya, Honda MegaPro.
Dengan wajah ceria, dia mengatakan bahwa sepeda motor ini hasil lelang kopi tahun lalu di Surabaya. Nobertus mengendarai sepeda motor yang dia beli seharga Rp 17 juta tersebut untuk pulang pergi ke kebun. Baginya, sepeda motor itu salah satu keberhasilan dia sebagai petani.
Nobertus petani kopi di Desa Rendenao, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Dia mengelola lahan seluas sekitar 2 hektar yang berada di pinggiran hutan Colol, salah satu pusat produksi kopi di kabupaten tersebut.
Pertengahan Juli lalu, Nobert memanen sebagian kopinya. Di dalam satu kebun tersebut terdapat tiga jenis kopi yaitu arabika, robusta, dan kolombia. Di antara tiga jenis tersebut, robusta adalah kopi yang menjadi andalan Nobert dan petani lain di kawasan tersebut. Kopi jenis ini paling banyak diproduksi pula.
Nobert, anggota Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom), organisasi petani kopi di kawasan ini. Anggota Asnikom ada di dua kabupaten yaitu Manggarai dan Manggarai Timur. Setelah bergabung organisasi ini, Nobert mengaku mengalami banyak perubahan dalam budidaya kopi.
Dia bercerita, semula tidak peduli tanaman kopinya. “Saya biarkan begitu saja karena toh sudah pasti berbuah setiap musim panen,” katanya. Namun, setelah ikut Sekolah Lapang (SL), dia baru tahu bahwa tanaman kopi harus dipangkas secara rutin.
SL merupakan salah satu kegiatan Asnikom yang memiliki 83 anggota petani. Menurut Ketua Asnikom Lodovikus Vardiman melalui kegiatan SL mereka ingin meningkatkan kapasitas petani dalam membudidayakan kopi, komoditas andalan petani setempat. Selain SL, kegiatan Asnikom lain adalah internal control system (ICS) dan pemasaran bersama.
SL bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi milik anggota. Karena itu, SL pun diadakan secara bergiliran dari kelompok ke kelompok di sembilan desa anggota Asnikom.
Selama SL, petani belajar cara membuat pupuk dan pestisida alami. Peserta SL juga belajar cara memangkas pohon kopi agar buahnya lebih banyak dan besar, sesuatu yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya.
Setelah menerapkan semua teori yang dipelajari selama SL, anggota Asnikom termasuk Nobert, mengatakan hasil panennya jadi lebih banyak. Sebagai contoh, saat ini Nobert bisa mendapatkan 430 liter horn skin (HS) basah. Sebelumnya dia hanya mendaptkan sekitar 200 liter HS basah.
Dengan pemangkasan secara rutin, pohon kopi pun lebih cepat berbuah dengan biji besar. Selain itu, pohon juga jadi tidak menjulang tinggi sampai 3-4 meter seperti dulu. “Panen jadi lebih gampang,” tambah Nobert.
Melalui organisasi pula, petani seperti Nobertus dan Lodovikus bisa mengakses pasar besar, seperti di lelang kopi pada tahun lalu di Surabaya. Dalam lelang itu, anggota Asnikom membawa 570 kg kopi.
Kopi robusta Manggarai terpilih sebagai kopi terbaik pertama dalam lelang itu karena cita rasanya. Maka, kopi tersebut pun dihargai sampai Rp 100 ribu per kg sementara kopi arabika Rp 84 ribu. Hasil lelang itulah yang membuat Nobert bisa membeli sepeda motor kebanggaannya.
“Saya juga punya simpanan Rp 20 juta di koperasi, sesuatu yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya,” ujar Nobert.