Setelah tiga tahun persiapan melalui berbagai diskusi dan pertemuan, para pemangku kepentingan kopi di Indonesia pun mendeklarasikan Kemitraan Kopi Berkelanjutan Indonesia (KKBI).
Deklarasi pada Selasa, 31 Maret 2015 lalu di Jakarta tersebut diikuti berbagai pemangku kepentingan sektor kopi Indonesia termasuk perusahaan, lembaga pemerintah, dan lembaga donor. Melalui forum ini, para aktor menargetkan produksi kopi Indonesia meningkat dua kali lipat pada 2020.
VECO Indonesia termasuk lembaga pembangunan internasional dalam forum yang juga bernama Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) ini. Anggota forum ini antara lain SNV Indonesia, HIVOS Indonesia, Anomali Coffee, Sustainable Trade Initiative (IDH), Paguyuban Petani Murbeng Puntang Bandung, Nestle Indonesia, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dan lain-lain.
Hadirnya KKBI bertujuan untuk mempromosikan dan meningkatkan kerja sama sektor swasta dalam komoditas kopi. Melalui kerja sama tersebut akan terwujud kesempatan ekonomi untuk petani, ketahanan pangan, dan kelestarian lingkungan. Adapun peran KKBI adalah mengembangkan kerja sama sama sektor swasta kepada pelaku kopi, memfasilitasi pembelajaran bersama dari praktik-praktik keberhasilan, serta mempromosikan kolaborasi antar asosiasi kopi nasional.
Untuk mewujudkan target peningkatan produksi dan kualitas kopi, KKBI bekerja berdasarkan lima pilar yaitu adaptasi terhadap perubahan iklim, akses pada asupan pertanian, kebijakan pemerintah yang mendukung kopi, organisasi petani yang efektif dan kuat, serta penerapan paket teknologi untuk petani seperti Good Agriculture Product (GAP) dan Good Manufacturing Product (GMP).
Koordinator IDH untuk Indonesia Imam Suharto mengatakan kopi Indonesia perlu memiliki dan memenuhi standar kualitas internasional. Standardisasi diperlukan agar kopi Indonesia bisa bersaing dengan produk mancanegara, sesuai permintaan pasar internasional.
"Nantinya akan ada akreditasi internasional, dibuat level-level sebagai indikator," tambah Imam sebagaimana ditulis Kompas.
Menurut Koordinator Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Moenardji dibandingkan dengan Vietnam yang memiliki lahan lebih sempit, produksi kopi Indonesia masih jauh tertinggal. "Di Vietnam, setiap hektar menghasilkan 2,5 ton kopi, sedangkan kita hanya 700 kilogram," jelasnya.
Berdasarkan data AEKI, produksi kopi Indonesia meningkat 1-2 persen per tahun. Saat ini, produksinya 600.000 ton per tahun. Adapun tingkat konsumsi kopi tumbuh 4-5 persen per tahun, yang saat ini sekitar 300.000 ton per tahun.
Pemerintah Swiss melalui duta besarnya, Yvone Bauman, mengatakan, di tengah persaingan industri yang cukup kompetitif, industri kopi Indonesia mempunyai prospek baik. Inti dari terbentuknya wadah KKBI ini untuk mengembangkan industri kopi Indonesia dan membangun komunikasi yang baik di antara semua pihak yang terlibat.
"Tantangan utama kemudian adalah implementasi. Kita harus bekerja keras untuk mencapai tujuan yang sudah disepakati," kata Yvone Bauman.
Deputi II Kementerian Koordinator Perekonomian Bambang Adi Winarso menjelaskan, pemerintah merespons baik peluncuran wadah ini. "Tentu saja pemerintah mendukung. Ini merupakan momen bagi petani kopi dan pelaku usaha untuk bekerja sama lebih baik," jelasnya.