Untuk bisa membangun bisnis kopi, petani harus membangun jaringan agar mendapatkan dukungan.
Pelajaran tersebut menjadi poin penting dari pertemuan tahunan mitra atau annual partner meeting (APM) VECO Indonesia di Surabaya pada 16-19 September 2013. Selama empat hari APM, para peserta berdiskusi dan belajar tentang bagaimana berbisnis kopi.
Tema APM 2013 ini adalah Bisnis Petani Kopi Indonesia. Seluruh rangkaian kegiatan pada APM pun terkait dengan kopi. Pada hari pertama, pemateri-pemateri dari lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan eksportir kopi, maupun pusat penelitian menyampaikan bagaimana bisnis kopi tersebut bisa dibangun.
Pada hari kedua, peserta APM mengunjungi kebun dan pengolahan kopi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII di Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Petani melihat dan belajar bagaimana rantai kopi dari pembibitan hingga pengeringan. Pada hari ketiga, peserta mengunjungi PT Indokom Citra Persada di Sidoarjo. Di pabrik pengolahan dan eksportir kopi ini, peserta melihat pengeringan kopi hingga pengepakan siap ekspor.
Dari seluruh proses tersebut, kerja sama merupakan poin penting yang harus digarisbawahi.
Ketua Kelompok Tani Karya Sari Bangelan, misalnya, menceritakan bahwa keberhasilan kelompok taninya dalam membudidayakan dan memasarkan kopi tak bisa dilepaskan dari dukungan PTPN XII. Dukungan tersebut selain berupa dana tanggung jawab sosial perusahaan juga pendampingan dalam teknik budi daya.
Petani kopi lain dari lereng Gunung Ijen di Bondowoso, Heru Setiyo Wibowo berbagi pengalaman tentang perubahan besar petani setempat dalam bisnis kopi. Dengan dukungan dari berbagai pihak seperti PTPN, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, BPD Jawa Timur, dan lain-lain, petani kopi di ujung Jawa Timur ini sudah bisa mengekspor kopi spesial ke Amerika dan Eropa.
“Sebelumnya kami tak pernah membayangkan bahwa petani kopi di daerah kami akan bisa menjual kopinya ke luar negeri,” ujar Heru.
Menurut Direktur PT Indokom Citra Persada Asnawi Saleh perusahaan ini bisa mengekspor kopi spesial ke berbagai negara di dunia karena adanya kerja sama dengan petani selama ini. Di berbagai daerah, misalnya Flores, Bali, dan Toraja, perusahaan pengolahan dan eksportir kopi ini membeli langsung kopi itu dari petani, bukan dari tengkulak.
“Melalui kemitraan bersama petani, PT Indokom dan petani menjadi satu aktor sehingga rantai pasokan pun lebih pendek,” katanya.
Dalam rangkai memotong rantai pemasaran itu pula, maka dalam APM 2013 ini, VECO Indonesia mengajak para peserta terutama dari organisasi petani produsen kopi agar belajar sekaligus membangun hubungan langsung dengan perusahaan kopi.