Membuktikan Kekuatan Petani Kecil

Membuktikan Kekuatan Petani Kecil

07/10/2014

Petani-petani kecil mematahkan mitos yang telanjur terbangun selama ini. Mereka juga bisa mencukupi kebutuhan pangan dunia.

Selama ini, pemerintah, korporasi, atau bahkan akademisi, selalu gembar-gembor bahwa kebutuhan pangan dunia hanya bisa dipenuhi perusahaan-perusahaan besar melalui Revolusi Hijau. Akibatnya, kebijakan pertanian pada umumnya pun lebih memihak korporasi dibandingkan petani kecil.

Tapi, keberhasilan dua kelompok petani di Tasikmalaya dan Lembang, Jawa Barat telah membantah mitos tersebut. Apalagi ketika mengunjungi akhir Agustus lalu. Kunjungan tersebut bagian dari pertemuan tahunan mitra VECO Indonesia di Bandung.

Petani kecil bisa memberi makan tak hanya untuk mereka sendiri tapi juga dunia. Atau, setidaknya konsumen mereka.

Pertama, Kelompok Tani Simpatik di Tasikmalaya. Sekitar 1.500 anggota kelompok ini merupakan petani kecil. Luas lahan mereka rata-rata kurang dari 1 hektar. Namun, mereka bisa mendapatkan rata-rata 7-8 hektar padi organik tiap musim panen.

Tak hanya untuk kebutuhan sendiri, para petani juga mengekspor beras organik tersebut ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura, dan lain-lain. Tiap kali ekspor, mereka bisa mengirim 20-25 ton beras organik ke negara tujuan.

Kedua, Kelompok Tani Mekar Jaya di Lembang, Bandung Utara. Di daerah pegunungan berhawa sejuk ini, petani menghasilkan produk hortikultura dengan standar mutu internasional. Tak sedikit dari kebun tersebut hanyalah halaman depan, belakang, ataupun samping rumah mereka.

Namun dari lahan-lahan sempit tersebut, mereka bisa mengirim sayur ke berbagai kota dan negara, seperti Bandung, Jakarta, Bali, bahkan Papua. Tiap minggu mereka menjual 150 ton sayur dengan keuntungan Rp 3.000 per kg.

Menariknya, kedua kelompok tersebut bisa memproduksi komoditas secara mandiri. Mereka tidak tergantung sepenuhnya pada korporasi. Petani padi di Tasikmalaya membuat sendiri benih, pupuk, dan pestisida organik. Petani di Lembang pun demikian meskipun bibit masih membeli dari perusahaan.

Keduanya membuktikan mereka bisa mencukupi kebutuhan sendiri, memberi makan dunia, dan tetap menjaga keberlangsungan bumi.

Kata kuncinya adalah kolaborasi antara tiga pihak yaitu petani, pemerintah, dan swasta. Mungkin klise, tapi begitulah faktanya. Pemerintah mendukung dan memfasilitasi petani untuk beralih ke pertanian organik. Di sisi lain, pihak swasta mendukung pemasaran padi maupun sayur organik. Mereka menghubungkan petani produsen dengan konsumen secara langsung, termasuk pasar internasional.

Keberhasilan petani Tasikmalaya dan Lembang hanya puncak gunung es keberhasilan petani kecil yang mempraktikkan pertanian organik di negeri ini. Keberhasilan lain pasti lebih banyak lagi.

Untuk mengetahui lebih lanjut pengalaman dan keberhasilan petani di Jawa Barat tersebut, silakan baca lebih lanjut LONTAR #9. Edisi kali ini merupakan edisi khusus pertemuan tahunan mitra VECO Indonesia Agustus lalu di Bandung, Jawa Barat.

Download Lontar #9