Meneguhkan JANTAN sebagai Kapal Dagang Petani

Meneguhkan JANTAN sebagai Kapal Dagang Petani

14/04/2015

Melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) ketiga, Koperasi Serba Usaha (KSU) JANTAN meneguhkan perubahannya sebagai kapal dagang. Setelah memperjuangkan lahan milik petani, kini JANTAN membantu petani dalam pemasaran.

RAT ketiga JANTAN diadakan pada Jumat 10 April 2015 lalu di Aula Paroki Hokeng, Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur. RAT ini dihadiri 124 orang. Mereka adalah anggota Koperasi, pengurus, pengawas, penasihat, calon anggota dari Adonara dan Kecamatan Titehena, Keuskupan Maumere dan Caritas, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Flotim, VECO Indonesia, dan Yayasan Ayu Tani.

JANTAN merupakan mitra VECO Indonesia yang fokus di pemasaran kakao. Meskipun demikian, JANTAN juga memasarkan komoditas lain dari Flotim seperti jambu mete, kopra, dan kemiri.

Tema RAT kali adalah Bertolaklah Lebih ke Dalam. Dalam pengantarnya, sekretaris KSU Jantan Albert Sogen mengatakan bahwa petani masih berada di pinggir kebun, di pinggir kampung, dan di pinggir organisasi KSU Jantan. “Oleh karena itu mari bertolak lebih dalam lagi. Sebab, di sana, di kebun, hamparan, kampung dan koperasi kita ada banyak potensi yang belum kita jamah,” kata Albert.

Aloysius Gedang, Ketua KSU Jantan dalam sambutannya, juga mengajak segenap komponen KSU JANTAN bergandengan tangan untuk melangkah bersama dan saling membantu agar semakin lebih baik.

Pada awalnya berdiri, organisasi petani JANTAN memperjuangkan hak atas hutan yang diklaim pemerintah. Dia ibarat kapal perang. Saat ini, hak pengelolaan sudah diberikan kembali kepada petani. “Karena itulah JANTAN harus menjadi kapal dagang untuk memperjuangkan posisi tawar petani yang lebih baik,” kata Aloy.

Selama 2014, KSU JANTAN menegaskan perubahannya dari kapal perang menjadi kapal dagang bagi petani tersebut. Sepanjang 2014 KSU Jantan telah bermitra dengan beberapa pihak swasta maupun pemangku kepentingan lain. Misalnya PT Comextra Majora dan UD Sutra Mas dalam bisnis kakao dan jambu mete.

KSU JANTAN juga menjalin kerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Flotim, CU Remaja Hokeng dan CU San Dominggo, Yayasan Ayu Tani, VECO Indonesia dan Gereja Paroki Hokeng, khususnya Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi.

Dalam RAT, para pengurus juga melaporkan kegiatan usaha KSU JANTAN. Sepanjang tahun 2014 kegiatan pemasaran bersama terpusat di Kantor KSU JANTAN dan di desa-desa tiap Kamis dan Sabtu. Total penjualan kakao FAQ 42.883 kg, 682 kg kakao CMf, jambu mete 28.830 kg, kopra 13.744 kg dan kemiri 788,5 kg.

Pada tahun lalu, JANTAN memperoleh pendapatan Rp 2,2 miliar. Adapun pengeluaran sebesar Rp 2,1 miliar. Setelah dikurangi pajak, total sisa hasil usaha (SHU) JANTAN sebesar Rp 61 juta. Saat ini sudah 230 anggota yang membayar iuran.

SHU tersebut digunakan untuk berbagai keperluan koperasi. Misalnya deviden dan jasa anggota, dana cadangan umum, dana cadangan risiko, dana pendidikan, dana pengurus, dan dana karyawan.

Para anggota mengaku senang dan bahagia dengan adanya SHU tersebut. Petrus Pedo Korebima, penerima SHU terbesar ketiga, mengaku sangat bangga. Selama menjadi anggota KSU JANTAN, dia menjual komoditas kopra dan kakao di koperasi. “Sebelum jadi anggota ,saya jual di pedagang akhir tahun saya tidak dapat apa-apa,” katanya.

Lain lagi komentar Elisabeth Hera, petani perempuan anggota JANTAN. Walaupun SHU-nya masih sedikit tetapi dia mengaku sudah mendapat banyak. Kader JANTAN sudah mengajarinya tentang P3S, sambung samping, rorak dan kualitas kakao.

“Bahkan saya bangga karena saat ini saya sudah jadi kader KSU Jantan,” ujarnya. [Maria PW Beribe, Petugas Lapangan Rantai Kakao di Flores VECO Indonesia]