Bali International Cocoa Festival (BICF) digelar di Jembrana, Bali pada 27 – 30 Agustus 2014 lalu. Festival ini menjadi momen konsolidasi aktor-aktor di bidang perkakaoan, menghapus sekat pemisah antara petani dengan pelaku pasar, serta membangun semangat kerja sama dan akses yang lebih terbuka untuk pasar kakao berkelanjutan.
Festival ini bukan hanya melibatkan mitra utama di Indonesia tetapi juga dari Filipina, Vietnam, Jerman serta Amerika Serikat. Semua pihak, dari kalangan pengusaha kakao baik eksportir maupun pabrikan, lembaga keuangan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerintah dan petani duduk bersama mendiskusikan keberlanjutan kakao.
Jembrana menjadi tuan rumah BICF karena menjadi sentra pengembanagan kakao di Bali. Selain dukungan pemerintah, di Jembrana juga terdapat Koperasi Kerta Semaya Samaniya. Organisasi petani ini sudah mengembangkan pemasaran biji kakao bersertifikasi bekerja sama dengan Barry Callabeaut.
Kegiatan BICF ini dibuka langsung oleh Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Syarif Hasan pada 28 Agustus 2014. Dalam sambutannya, menteri mengatakan bahwa kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan rata-rata pendapatan per kapita Indonesia.
Saat ini Indonesia berada pada rangking sepuluh dunia dalam pertumbuhan ekonomi dan nomor dua di Asia setelah Tiongkok. Rata-rata pendapatan per kapita tahun 2014 sebesar $ 3.000 dari $ 1.100 pada tahun 2004.
Sementara itu Dahlan, pengusaha kakao Barry Callebaut menyatakan petani adalah mitra utama dan bukan mitra potensial. “Dalam industri, kakao adalah industri yang berkelanjutan. Industri kakao akan berkelanjutan jika petani yakin bahwa kakao bisa memberikan jaminan hidup yang berkelanjutan,” kata Dahlan.
BICF juga diisi dengan kunjungan lapangan ke kebun petani kakao dan UPH Koperasi Kerta Senaya Semaniya di Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Koperasi Kerta Senaya Semaniya adalah salah satu koperasi petani dengan bisnis utama “pemasaran bersama komoditas kakao”. Anggotanya sebanyak 1.119 petani kakao yang terdiri dari 22 kelompok tani sebagai basis produksi kakao.
Koperasi petani kakao ini adalah salah satu koperasi yang telah mengantungi sertifikasi kakao organik.
Pembelajaran menarik dari kunjungan ke Koperasi Kerta Semaya Samaniya bahwa petani mampu melakukan proses fermentasi biji kakao untuk kemudian dijual bersama ke koperasi. Koperasi pun mampu melakukan perjanjian kerja sama dengan PT Barry Callebaut dan mendapatkan selisih harga biji kakao fermentasi dengan non fermentasi pada kisaran Rp 4.000 - Rp 5.000 per kg.
Agenda penting lainnya selama BICF adalah Bussines Gathering di Aula Bupati Jembrana pada 30 Agustus 2014 setelah makan malam bersama. Organisasi petani dampingan VECO Indonesia yang terlibat dalam sesi ini adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) JANTAN dan Kopan SIKAP dari Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) serta mitra VECO dari Sulawesi yaitu Amanah dan Masagena.
Tindak lanjut dari Bussines Gathering ini adalah adanya kerja sama dengan perusahaan kakao. WASIAT, AMANAH dan Masagena membangun kesepahaman dengan pihak Equilibrium yang diwakili Rico Manayang sebagai salah satu lembaga bursa berjangka, sedangkan JANTAN dan SIKAP melakukan penandatanganan kesepakatan dengan PT. Pagilarang.
Penandatanganan MoU ini sangat bermanfaat untuk keberlanjutan kakao dan kerja sama yang lebih baik antara organisasi petani dengan pengusaha kakao. Ini adalah langkah awal membuka pintu kerja sama kedepan terutama dalam hal penguatan kapasitas sumber daya manusia. [Muhamad Akil (Wasiat), Albertus Sani Sogen (KSU Jantan), Syarif Taba (FO FA Sulawesi) dan Maria Beribe (FO FA Flores)].