Pendampingan Petani Kakao di Parigi Moutong

Pendampingan Petani Kakao di Parigi Moutong

13/05/2014

Berada di pegunungan memiliki keuntungan tersendiri bagi petani di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Begitu pula bagi para petani di Dusun Tompeng, Desa Okualas, Kecamatan Tinombo. Mereka tak pernah menggunakan pupuk kimia sama sekali dalam budi daya kakao. “Biaya angkut dari kota ke sini jauh lebih mahal dibanding harga pupuk,” kata Oman, salah satu petani di Tompeng.

Karena itu, kakao di Tompeng tetap berkualitas tinggi. Salah satu buktinya, kakao di daerah ini telah mendapatkan sertifikat sebagai produk pertanian berkelanjutan dari lembaga sertifikasi Rainforest Alliance (RA).

Tompeng berada di atas pegunungan. Tipografi pegunungan membuat warga tinggal terpisah satu sama lain dalam jarak kilometer. Pohon kakao, cengkeh, dan tanaman lain hidup subur di lahan mereka.

Kekayaan tersebut tak hanya di Tinombo tapi juga daerah lain, seperti Parigi, Moutong, Ampibabo, dan kecamatan lain. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Tengah, kakao adalah komoditas yang paling banyak dihasilkan di Parigi Moutong. Pada 2009 lalu, kabupaten ini menghasilkan 73.568 ton kakao dari lahan seluas 65.565 hektar.

Di luar potensi tersebut, petani masih menghadapi tantangan. Di antaranya budi daya yang masih tradisional, belum ada praktik budi daya yang baik, serta penangangan pascapanen yang masih belum memenuhi standar.

Melihat potensi dan tantangan tersebut, VECO Indonesia pun melaksanakan program pendampingan petani di Kabupaten Parigi Moutong sejak awal tahun ini. Program ini dilaksanakan bersama mitra lokal Wahana Sukses Pertanian Terpandang (Wasiat) di dua kecamatan yaitu Parigi dan Tinombo.

Untuk mengenalkan program di Kabupaten Parigi Moutong, Kamis pekan lalu VECO Indonesia melaksanakan ekspose program di Parigi. Ekspose ini dihadiri Perwakilan Regional VECO Indonesia Rogier Eijkens, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Parigi Moutong MS Tombolotutu, Camat Parigi, Camat Tinombo, dan para petani mitra.

Menurut Rogier, program VECO Indonesia di Parigi Moutong memiliki beberapa tujuan. Pertama untuk meningkatkan pengetahuan petani kakao dalam pengelolaan organisasi dan kakao berkelanjutan. Hal ini meliputi penerapan Internal Control System (ICS), pengorganisasian, dan lain-lain.

Kedua, meningkatkan produksi biji kakao melalui pelatihan produksi, studi banding, dan penanganan pascapanen. Ketiga, terbentuknya pemasaran bersama petani di Parigi Moutong.

Program tersebut dilaksanakan dengan melibatkan sekitar 34 kelompok tani dengan total anggota 825 petani dan lahan seluas 1.119 hektar di Parigi serta 1.744 petani dan 1.693 hektar lahan di Tinombo.

“Kami berharap program ini bisa meningkatkan taraf hidup petani di Parigi Moutong,” kata Rogier Eijkens.

Kepala BPMD Kabupaten Parigi Moutong MS Tombolotutu menyatakan bangga dan sangat mendukung program VECO Indonesia. Dia berharap setelah terlibat dalam program ini, petani bisa memperbaiki proses budi daya pohon kakaonya. Misalnya melalui peremajaan pohon dan pemangkasan.

“Dengan demikian, kakao semakin menjadi komoditas unggulan bagi Parigi Moutong bersama komoditas lain seperti kelapa sawit, kopi, dan beras,” ujar MS Tombolotutu.